Putu Bambu Pertama di Medan, Berdiri semenjak 1967
Malam itu di Jalan Asia Medan, pertokoan terlihat telah tutup. Tidak banyak kendaraan yang berakhir lalang, tetapi asap di atas tungku dalam suatu gerobak baru memulai mengepul. Beberapa orang mengatakan Putu Bambu Asia Baru. Seorang wanita membuat rapi potongan bambu di atas pengukus, dan disebelah yang lain seorang pria terlihat keluarkan putu yang telah masak dari bambu dengan memakai kayu sejauh satu mtr.
perlu kecepatan dan kecermatan saat menggerakkan kayu, ditambahkan lagi tangan harus terlatih menggenggam bambu yang panas.Kue putu sebagai makanan yang dibuat dari tepung beras dan dikasih gula merah sebagai didalamnya. Lantas ditempatkan ke potongan bambu memiliki ukuran sekitaran 7-8 cm, selanjutnya dikukus sampai keluarkan asap yang memiliki arti kue putu telah masak.
"Sekitaran lima menit, jika sudah keluar asapnya memiliki arti sudah masak ia bang," kata Lina sekalian membuat potongan bambu.Sesudah masak, kue putu akan dikeluarkan dari bambu dengan didorong memakai kayu sejauh satu mtr., lalu di atur menggunung dan diberi gula pasir dan parutan kelapa. Walau jalan Asia terlihat sepi, asap mengepul tiada henti, yang memiliki arti konsumen setia Putu Bambu Asia Baru terus banyak yang datang dan berbaris.
Seorang bapak berpakaian putih duduk dibalik gerobak, tangannya terlihat mahir menggunting gula jawa, sebagai isian kue putu. Ia ialah Juliadin, angkatan ke-2 dari pemilik Kuliner Putu Bambu Asia Baru. "Kita berani ngomong, ini putu bambu pertama di Medan. Karena waktu orangtua kita berjualan dahulu, tidak ada yang jual makanan ini di Medan," sebut Juliadin sekalian ketawa.
Kata Juliadin, perlu nya ini telah ada semenjak tahun 1967. Bermula dari si kakek yang dahulunya jualan putu bambu di Tebing Tinggi, lalu si ayah mengelana ke Medan dan buka usaha ini di Jalan Asia. " Dahulu di seberang berjualannya, tetapi semenjak tahun 1992 saya berpindah kesini, karena ini kan jalan satu arah, menjadi lebih gampang orang singgah kalau di samping kiri," kata Juliadin
Ditanyakan berkenaan rahasia upayanya yang dapat bertahan sampai sekarang ini, Juliadin akui jika dianya tak pernah mengganti wujud atau cita-rasa dari putu bambu yang dijualnya semenjak turun-temurun. Maka dari itu mereka telah banyak memiliki konsumen setia masih tetap. "Cita-rasa masih tetap kita menjaga, masih tetap gunakan bambu juga. Saat ini kan beberapa orang berjualan putu pakai paralon ia, tidak pakai bambu," Sebut Juliadin.
"Disamping itu, ini gula merahnya gula merah asli. Sudah turun-temurun ini yang jual. Sama seperti saya, dahulu bapak saya berjualan putu, yang berjualan gula merah ini juga dahulu bapak nya yang berjualan," ikat nya sekalian ketawa.
Awalnya pertama dibuka, usaha punya ayah Juliadin ini cuman jual putu bambu dan putu mayang. Semenjak diteruskan oleh Juliadin, banyak tersedia menu kue-kue yang lain. Seperti risol, onde-onde, lupis, cenil, dan yang lain. Juliadin sempat buka cabang di Jalan Cemara Medan, yang di urus oleh anak wanitanya. Walau di situ ramai konsumen dan telah banyak mulai konsumen setia, Juliadin mau tak mau tutup gerai ke-2 nya itu karena cemas dengan anaknya yang tiap hari harus pulang tengah malam.
Berlainan dengan umumnya putu bambu yang lain, yang dipasarkan Juliadin ukuran semakin besar, isi gula merahnya semakin banyak. Putu Bambu Asia Baru saja dijual pada harga Rp3.000 saja per potong. Kata Juliadin, putu bambunya dapat habis beberapa ratus potong tiap harI. Ia mulai membuka dari jam 7 malam sampai jam 12 malam.